Oleh, Kornelis Kolo, Mahasiswa Kanjuruhan Malang
OKe NUSRA- Budaya Timor khususnya masyarakat suku dawan, menerima tamu secara baik dan terhormat adalah dengan menyuguhkan sirih pinang (puah manus/ istilah dawan).
Hal tersebut sudah membudaya dan tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat.
Tradisi budaya tersebut sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. “Puah manus” sirih pinang juga memiliki dua fungsi utama yaitu untuk menerima tamu dan melakukan ritual adat.
Misalnya dalam berbagai upacara adat tentunya puah manus memiliki kedudukan yang lebih penting karena sebagai simbol atau bentuk awal menerima roh atau arwah leluhur untuk datang menemui kita di suatu tempat untuk melakukan ritual adat.
Baca Juga: Dua Periode Pimpin Presiden Jokowi Dituding Abaikan Intelektual Minoritas di Kabinet
Baca Juga: Dekranasda NTT Launching Kapsul Moringa, Obat Tradisional Bahan Kelor Siap Ekspor Jepang
Masyarakat suku dawan masih mempunyai ikatan yang kental dengan tradisi nenek moyangnya, puah manus menjadi pelengkap dalam setiap upacara-upacara adat resmi seperti upacara perkawinan, kematian, peresmian rumah adat dan lain sebagainya.
Puah Manus mempunyai makna yang mendalam bagi masyarakat suku dawan dimana dengan puah manus masyarakat tersebut memiliki hidup sosial yang tinggi bahkan membangun hubungan kekerabatan yang akrab.
Masyarakat suku dawan selalu menyiapkan puah manus pada saat melakukan musyawarah di tingkat desa maupun di pemerintahan.
Dengan adanya suguhan puah manus masyarakat ikut berpartisipasi bersama dalam melakukan berbagai hal misalnya gotong royong dan sebagainya.
Bagi mereka yang bukan berasal dari suka dawan mungkin menganggap puah manus atau sirih pinang merupakan sesuatu yang menjijikan namun bagi masyarakat suku dawan adalah sesuatu yang sangat nikmat dimana puah manus menjadi pelengkap dalam setiap kehidupan mereka baik itu saat melakukan pekerjaan, acara adat, musyawarah, maupun nongkrong bersama.
Menurut teory anthony gidens tentang teori strukturisasi tradisi makan sirih pinang merupakan tradisi lama yang sudah ditanamkan atau diterapkan oleh nenek moyang sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Hal tersebut sudah membudaya dan menjadi kebiasaan dalam diri masyarakat suku dawan. Bagi masyarakat dawan “puah manus” merupakan tradisi turun temurun yang mengandung nilai-nilai pembelajaran informal dan nonformal.
Misalnya dengan adanya “puah manus” atau sirih pinang kita dapat belajar untuk menghargai orang lain, puah manus biasanya dijadikan alas mulut untuk belajar bertutur kata yang baik dan bersikap sopan dan santun terkhususnya saat berbicara dengan orang lain, belajar mempererat ikatan tali persaudaraan, dan belajar memecahkan masalah.
Artikel Terkait
Paulinus Efi Resmi Dilantik Sebagai Ketua Pengda IKSPI Kera Sakti Provinsi NTT
Menjadi Ragi Bagi Semua Orang, Opini Oleh Kornelis Kolo
Kombespol Ditangkap Gegara Nyabu, Anggota DPR Apresiasi Polri Tindak Tegas Polisi Nakal
Dua Periode Pimpin Presiden Jokowi Dituding Abaikan Intelektual Minoritas di Kabinet
Dekranasda NTT Launching Kapsul Moringa, Obat Tradisional Bahan Kelor Siap Ekspor Jepang